Di dunia seni bela diri campuran (MMA), ada beberapa nama yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dan pengaruhnya terhadap olahraga ini. Salah satu nama yang selalu dikenang dalam sejarah UFC adalah Daniel Cormier, seorang atlet yang tidak hanya sukses di dalam octagon, tetapi juga dikenal sebagai sosok yang berintegritas tinggi dan memberi banyak kontribusi terhadap perkembangan olahraga MMA. Sebagai salah satu petarung paling sukses di UFC, perjalanan karier Cormier penuh dengan perjuangan, dedikasi, dan pencapaian yang luar biasa. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang perjalanan legendaris Daniel Cormier, dari awal kariernya hingga menjadi juara UFC, serta apa yang menjadikannya salah satu ikon MMA sepanjang masa.
Awal Perjalanan Daniel Cormier: Dari Gulat ke MMA
Daniel Cormier lahir pada 20 Maret 1979, di Lafayette, Louisiana, Amerika Serikat. Sejak usia muda, Cormier sudah menunjukkan minat dan bakat dalam olahraga. Awalnya, dia fokus pada gulat, yang menjadi dasar karier olahraga profesionalnya. Cormier adalah atlet gulat yang sangat berbakat dan berhasil meraih berbagai prestasi di tingkat nasional dan internasional. Sebagai seorang pegulat, Cormier mencapai puncak kariernya dengan meraih medali perunggu di Olympiade 2008 yang diadakan di Beijing, mewakili tim gulat Amerika Serikat. Keberhasilannya di Olimpiade menjadi titik awal dari perjalanan panjangnya di dunia olahraga profesional.
Menjadi Juara Nasional di Gulat
Sebelum terjun ke dunia MMA, Cormier memiliki rekam jejak yang gemilang dalam gulat amatir. Dia adalah juara nasional gulat di Divisi II dan berhasil meraih berbagai gelar juara sepanjang kariernya di gulat amatir. Pada tahun 2004, Cormier sempat mengalami kegagalan dalam meraih tempat di Olimpiade Athena setelah mengalami kekalahan yang menyakitkan, namun kegigihannya untuk kembali dan meraih prestasi membuatnya menjadi sosok yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Keberhasilan Cormier di gulat amatir memberi fondasi yang kokoh untuk kariernya di MMA, di mana keterampilan grappling dan kontrol tubuh menjadi senjata utamanya.
Peralihan ke MMA: Mencapai Puncak Prestasi
Setelah mengakhiri kariernya di gulat, Daniel Cormier memutuskan untuk beralih ke seni bela diri campuran (MMA) pada usia 30 tahun. Banyak yang meragukan keputusan Cormier untuk beralih ke MMA di usia yang sudah relatif matang untuk seorang atlet, tetapi dia membuktikan bahwa keputusannya adalah langkah yang tepat.
Debut Cormier di MMA
Daniel Cormier melakukan debut MMA-nya pada 2009, dan dengan cepat menunjukkan kemampuannya dalam olahraga tersebut. Dengan dasar gulat yang kuat, Cormier memulai karier MMA-nya dengan merebut kemenangan demi kemenangan, menunjukkan keunggulannya dalam kontrol posisi dan kemampuan bertahan yang luar biasa. Cormier memiliki teknik yang sempurna dalam mengendalikan lawan di atas matras, dan kemampuan untuk bertahan di bawah tekanan, yang membedakannya dari banyak petarung lainnya.
Setelah debut yang sukses, Cormier meraih kemenangan penting yang mengantarkannya ke panggung UFC. Dalam waktu yang relatif singkat, dia menjadi salah satu nama yang paling diperhitungkan di divisi berat (light heavyweight) UFC. Cormier dikenal dengan kemampuannya untuk mengadaptasi gaya bertarungnya, baik saat bertarung di strike maupun dalam pertarungan grappling.
Menang di Strikeforce dan UFC
Sebelum bergabung dengan UFC, Cormier sudah menjadi juara di organisasi MMA lainnya, seperti Strikeforce. Cormier memenangkan gelar Strikeforce Heavyweight Grand Prix pada 2012 setelah mengalahkan Josh Barnett. Kemenangan ini membuka jalan baginya untuk akhirnya bergabung dengan UFC, di mana dia akan membuat nama besar dalam sejarah MMA.
Karier UFC: Dominasi di Divisi Berat (Light Heavyweight)
Cormier bergabung dengan UFC pada tahun 2013 dan langsung mencuri perhatian banyak penggemar MMA berkat kemampuan bertarungnya yang luar biasa. Meski banyak yang menganggapnya sebagai petarung dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan para pesaingnya, Cormier membuktikan bahwa teknik dan kecerdasan bertarung bisa mengalahkan ukuran dan kekuatan fisik.
Kejuaraan UFC: Juara Dunia Dua Kelas Berat
Pada 2015, Cormier mendapatkan kesempatan besar untuk merebut gelar juara dunia UFC di divisi light heavyweight setelah mengalahkan Anthony Johnson di UFC 187. Cormier meraih gelar ini setelah pertarungan yang penuh dengan tantangan, namun dia berhasil mempertahankan dominasinya di dalam octagon dengan keunggulannya dalam pertarungan grappling dan kontrol takedown.
Keberhasilan Cormier sebagai juara dunia UFC di dua kelas berat—light heavyweight dan heavyweight—adalah pencapaian yang luar biasa. Dalam kariernya, Cormier selalu menunjukkan keunggulannya dalam pertarungan takedown, wrestling yang sangat solid, dan kemampuan untuk bertarung di level tertinggi.
Rivalitas dengan Jon Jones
Salah satu bagian paling ikonik dari karier Cormier adalah rivalitasnya dengan Jon Jones, salah satu petarung terbaik dalam sejarah UFC. Cormier dan Jones pertama kali bertemu pada 2015 di UFC 182, di mana Jon Jones keluar sebagai pemenang. Pertarungan ini membentuk rivalitas yang sangat intens dan menegangkan, yang melibatkan berbagai elemen psikologis, fisik, dan mental.
Rivalitas mereka mencapai puncaknya pada 2017 ketika mereka bertemu lagi dalam pertandingan ulang di UFC 214. Dalam pertarungan tersebut, Cormier tampil sangat solid, tetapi akhirnya kalah karena keputusan kontroversial, dengan Jones dinyatakan menang setelah dinyatakan positif menggunakan zat terlarang. Keputusan tersebut kemudian dibatalkan, dan Cormier akhirnya dianugerahi kembali gelar juara UFC.
Meskipun rivalitas ini menjadi momen penting dalam karier keduanya, Cormier selalu menunjukkan keteguhan dan keprofesionalannya dalam menghadapi tantangan.
Masa Pensiun dan Warisan yang Ditorehkan
Pada 2020, setelah mengalami beberapa pertarungan epik dan menghadapi beberapa tantangan besar, Daniel Cormier memutuskan untuk pensiun dari dunia MMA setelah kehilangan gelar juara dalam pertandingan melawan Stipe Miocic di UFC 252. Karier Cormier dalam UFC telah mencapai puncaknya dengan berbagai gelar, tetapi keputusan untuk pensiun merupakan pilihan yang bijaksana mengingat usianya yang semakin matang dan banyaknya pertarungan keras yang telah dia lewati.
Namun, meskipun pensiun sebagai petarung aktif, Cormier tetap menjadi bagian dari dunia MMA, terutama dalam hal komentator dan analisis pertarungan. Sebagai komentator UFC, Cormier membawa wawasan teknis dan pengalaman luas yang membuatnya dihormati oleh banyak orang di dalam dan luar octagon.
Penghargaan dan Pencapaian Cormier
Daniel Cormier adalah juara dunia UFC dua kali, meraih gelar di divisi ringan (light heavyweight) dan heavyweight. Kariernya mencatatkan lebih dari 20 kemenangan dengan hanya sedikit kekalahan. Keberhasilannya di UFC dan Strikeforce memberikan dampak besar dalam dunia MMA, baik sebagai atlet maupun sebagai ikon dalam olahraga ini.
Cormier juga dikenal sebagai seorang petarung yang sangat teknis, dengan kemampuan luar biasa dalam grappling dan kontrol pertarungan, menjadikannya salah satu petarung paling tak tertandingi dalam sejarah UFC. Ketekunan, etika kerja, dan integritasnya menjadikannya sosok yang dihormati oleh rekan-rekannya dan para penggemar.
Legenda dalam Dunia MMA
Perjalanan Daniel Cormier dari seorang pegulat amatir yang sukses hingga menjadi juara dunia UFC dua kali adalah kisah tentang kerja keras, dedikasi, dan keteguhan hati. Meskipun menghadapi banyak tantangan, baik di dalam octagon maupun dalam rivalitas yang penuh gejolak, Cormier telah membuktikan bahwa dengan kemampuan dan sikap yang benar, semua tantangan bisa diatasi. Warisan Cormier dalam dunia MMA tidak hanya dilihat dari kemenangan-kemenangannya, tetapi juga dari cara dia berperan sebagai panutan bagi generasi petarung berikutnya, serta kontribusinya dalam mengembangkan olahraga ini ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan pencapaian luar biasa dalam kariernya, Daniel Cormier akan selalu dikenang sebagai salah satu legenda UFC yang tak hanya menguasai octagon, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi perkembangan MMA.